Total Tayangan Halaman

Rabu, 09 Februari 2011

batik warna alam giriloyo,wukirsari

POTENSI PERUSAHAAN


1.      Letak Perusahaan
Batik Giriloyo terletak di sebelah timur kota Bantul, tepatnya di  dusun Karang Kulon, desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, atau sekitar 17 km ke arah selatan dari pusat Kota Yogyakarta.
Dari pusat Kota Yogyakarta, diperlukan waktu sekitar 45 menit untuk mencapai Wukirsari. Jalur yang paling mudah adalah melalui Terminal Giwangan ke selatan, melewati Jalan Imogiri Timur. Setelah mencapai kilometer 14, akan menemui jembatan besar (Jembatan Karangsemut). Sekitar 30 meter dari jembatan tersebut,  terdapat sebuah gapura. Beberapa meter ke selatan dari gapura, akan menemui jalan pertigaan ke arah timur. Pertigaan itu ditandai dengan beberapa papan petunjuk, seperti papan petunjuk kerajinan batik tulis, kerajinan kulit, dan Makam Sunan Cirebon. Memasuki jalan pertigaan tersebut, berarti telah memasuki wilayah Desa Wukirsari.
Dari pertigaan tersebut, lalu belok ke kiri ke arah timur. Kurang lebih 1 km maka terdapat sebuah pertigaan lagi. Dari pertigaan tersebut, jika mengambil ke arah kiri akan menuju Pucung sedangkan jika ke arah kanan menuju desa Wukirsari. Maka dari pertigaan tersebut, lalu belok kanan. Kira-kira sekitar 1,4 km akan ditemui Gazebo (beberapa rumah panggung sebagai tempat pertemuan antara masyarakat dengan wisatawan yang datang, dan juga sebagai titik kegiatan kemasyarakatan).  Di sebelah selatan Gazebo akan dijumpai bangunan sekolah dan sebuah bengkel mobil, dari bengkel mobil tersebut ada persimpangan ke arah kanan. Lalu belok sebelah kanan dan dijumpai jembatan kecil. Di sebelah selatan jembatan kecil ada rumah dengan rumah panggung sederhana di disampingnya. Di depan rumah tersebut terdapat plang dengan nama ”Batik Giriloyo”, disitulah sentra industri “Batik Giriloyo.



2.      Sejarah Perusahaan
Konon, desa yang sekarang dikenal sebagai Wukirsari adalah gabungan dari desa-desa kecil, yaitu Giriloyo, Pucung, Singosaren dan Kedungbuweng. Penduduknya masing-masing mempunyai aktivitas tersendiri, terutama Giriloyo, Pucung, dan Singosaren, sehingga desa-desa tersebut menjadi terkenal karena keahlian yang dimiliki oleh penduduknya. Dalam hal ini Giriloyo terkenal dengan batiknya, Pucung terkenal dengan kerajinan kulit dan anyaman bambunya, dan Singosaren terkenal dengan gentengnya.
Keberadaan batik tulis Wukirsari memang bermula dari tradisi yang telah berumur ratusan tahun. Sejarah batik tulis Wukirsari tidak lepas dari keberadaan dua makam kerabat Kraton Yogyakarta dan Surakarta, yang dibangun di wilayah tersebut pada tahun 1600-an. Kedua makam tersebut adalah Pasareyan (makam) Giriloyo dan Makam Raja-Raja Mataram. Ketika kerabat kraton berziarah ke kedua makam tersebut, terjadilah interaksi antara mereka dengan penduduk sekitar. Seiring dengan interaksi tersebut, diajarkan pula keahlian membatik, sehingga akhirnya penduduk Desa Wukirsari dapat memenuhi kebutuhan batik kraton. Keahlian tersebut ternyata tetap lestari hingga ratusan tahun kemudian. Sampai sekarang, membatik telah menjadi bagian tradisi penduduk Wukirsari, sekaligus menjadi mata pencaharian sebagian besar kaum perempuannya.
Batik Giriloyo ini didirikan oleh Bp. Sunhaji dan para warga desa Giriloyo pada tanggal 26 Januari 2007. Sebelum didirikan Batik Giriloyo ini, Bp. Sunhaji dan para warga lainnya telah memiliki keahlian sebagai pembatik. Istri Bp. Sunhaji sejak kelas 3 SD telah belajar membatik dari kedua orang tuanya. Apalagi kedua orang tua dari istri Bp. Sunhaji bekerja sebagai pengepul batik, dimana para tetangga mengambil kain mori sebagai bahan dasar untuk membatik lalu mengerjakan proses membatik di rumah. Dan setelah selesai membatik lalu kain tersebut diserahkan kembali kepada pengepul. Kain tersebut oleh pengepul kemudian dijual ke Yogyakarta. Jadi usaha membatik ini diwariskan turun temurun dari orang tua istri Bp. Sunhaji. Sampai sekarang orang tua dari istri Bp. Sunhaji masih bekerja sebagai pengepul batik.
Namun, setelah terjadi gempa di Bantul, tanggal 28 Mei 2006 sontak menghentikan aktifitas para warga Giriloyo yang bekerja sebagai pembatik. Setelah terjadi gempa ini, banyak bantuan dari LSM yang memberikan bantuan ke desa Giriloyo. Untuk memperoleh bantuan tersebut, persyaratannya adalah dibentuknya suatu kelompok batik yang terkoordinasi dengan baik untuk dapat berkembang dengan baik. Maka didirikanlah kelompok batik yang kemudian bergabung menjadi sebuah paguyuban yang diberi nama Batik Tulis Giriloyo.
Kelompok Batik Giriloyo berlokasi di Karang Kulon, Wukirsari, Imogiri, Bantul. Adapun tujuan dari didirikannya kelompok Batik Giriloyo adalah untuk memberdayakan seni batik tulis agar tidak punah, serta agar dapat membantu perekonomian kaum perempuan, terutama di Dusun Karang Kulon. Saat itu Batik Giriloyo memiliki anggota sebanyak 25 orang.
Adapun visi didirikannya Batik Giriloyo ini antara lain :
Ø  Melestarikan kebudayaan Batik yang telah turun temurun diwariskan oleh nenek moyang.
Adapun misi didirikannya Batik Giriloyo ini antara lain :
Ø  Mengembangkan usaha Batik melalui kesempatan membuka lapangan pekerjaan bagi para pembatik di desa Giriloyo.
Ø  Mengenalkan Batik Giriloyo kepada masyarakat, bukan hanya di Indonesia tetapi juga ke mancanegara.
Awalnya bantuan yang diterima dari LSM saat mendirikan Batik Giriloyo ini, senilai Rp 500.000,00 beserta peralatan-peralatan untuk membatik. Uang tersebut digunakan untuk membeli bahan-bahan membatik. Selain berupa uang, bantuan yang diberikan dari LSM antara lain berupa pelatihan-pelatihan pewarnaan. Sebab kebanyakan warga Giriloyo saat itu membatik hanya sampai proses pewarnaan. Pelatihan ini dilakukan dengan mengirimkan para pembatik dari kelompok Batik Giriloyo secara bergantian untuk mengikuti pelatihan yang berbeda-beda sesuai dengan bidang yang ditekuni para pembatik itu.  Pelatihan yang diberikan dari LSM dalam proses pewarnaan dengan menggunakan pewarna kimia. Pemerintah sendiri hanya memberikan pelatihan selama 2 atau 3 hari sedangkan LSM memberikan pelatihan selama 3 bulan.
Kelompok Batik Giriloyo ini sendiri sangat aktif dalam hal pengembangan warna alam. Selain menggunakan bahan-bahan pewarna alam yang sudah sering digunakan, seperti kulit kayu mahoni, putri malu, gambir, indigo, jalawe, dan tingi, mereka juga mengembangkan pewarnaan alam dari bahan-bahan baru seperti kulit bawang merah dan daun mangga. Ternyata hasil yang diperoleh sangat bagus dibandingkan dengan warna kimia. Sebelumnya kelompok ini mencari bahan pewarna alam di sekitar rumahnya namun karena pertimbangan waktu dan biaya maka bahan-bahan tersebut dibeli dari para pengepul pencari warna alam seperti kulit kayu mahoni. Warna alami ini sendiri memiliki keunikan, meskipun proses dan jenis bahannya sama, tetapi hasilnya belum tentu sama karena faktor tanah juga ikut mempengaruhi warna tersebut.
Seiring dengan berjalannya waktu, maka bantuan dari LSM pun sudah tidak diberikan kembali. Hal ini berdampak para anggota dari kelompok Batik Giriloyo yang sebagian besar ingin meninggalkan usaha membatik ini. Namun ada sebagian kecil yang masih ingin terus melanjutkan usaha ini, antara lain yaitu Bp. Sunhaji. Karena modal dari LSM telah tidak diberikan kembali, maka Bp. Sunhaji menggunakan modal sendiri untuk mengembangkan usaha ini.
Tahun 2008 istri Bp. Sunhaji mengikuti lomba inovasi di Jakarta. Berkat kerja keras dan dukungan dari suami, istri Bp. Sunhaji akhirnya masuk nominasi. Adapun hadih yang diperoleh selain berupa uang, juga berupa pendampingan strategi pemasaran selama 2 tahun, selain itu juga promosi Batik Giriloyo melalui majalah.
Seiring dengan kemajuan usaha ini, maka perkembangan usaha batik ini semakin meningkat. Omzet penjualan batik ini sendiri mencapai rata-rata Rp 15.000.000,00 sampai Rp 20.000.000,00 per bulan.

3.      Jumlah Tenaga Kerja
Para pegawai batik Giriloyo ini terbagi atas:
a.       Pegawai harian berjumlah 7 orang.
            Jumlah pegawai yang tercatat 6 orang wanita bekerja sebagai pembuat batik, dan 1 laki-laki yang bekerja dalam proses pewarnaan. Kebanyakan yang bekerja adalah ibu-ibu sebab membatik ini lebih memiliki kesabaran, ketelitian  dan keuletan dalam proses membatik. Sedangkan para laki-laki hanya bertugas membantu dalam proses pewarnaan. Para pegawai ini bekerja dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Upah pegawai harian rata-rata Rp 15.000,00 sampai Rp 20.000,00 per hari.
b.      Pegawai borongan
              Pemilik tidak dapat menentukan dengan pasti jumlah para pegawai borongan. Sebab para keberadaan pegawai borongan ini tidak terikat harus bekerja kepada perusahaan. Satu orang pegawai borongan bisa bekerja dengan lebih dari satu perusahaan batik. Karena para pegawai borongan ini, mengerjakan proses membatik di rumah masing-masing berbeda dengan pegawai harian yang mengerjakan proses membatik di rumah Bp. Sunhaji. Bp. Sunhaji sendiri tidak mengikat keberadaan pegawai borongan sebab Bp. Sunhaji masih menganut sistem kekeluargaan, dimana Bp. Sunhaji terkadang mendapat order yang cukup banyak sehingga membutuhkan bantuan dari para pegawai lainnya. Di sisi lain, terkadang jika tidak mendapat order maka pegawai borongan ini tidak dipekerjakan. Upah pegawai borongan hampir sama dengan pegawai harian yaitu Rp 15.000,00 sampai Rp 20.000,00 per hari.

4.      Perlengkapan Produksi
Peralatan yang digunakan untuk membuat batik-tulis diantaranya adalah:
a.       Wajan kecil yang digunakan sebagai tempat untuk memanaskan malam (lilin) supaya cair.
b.      Anglo, untuk memanaskan malam dengan bara api dari arang.
c.       Tepas (kipas), untuk memperoleh angin agar bara api tetap menyala.
d.      Gawangan, untuk menempatkan mori yang akan dibatik.
e.       Bandhul, untuk menahan kain agar tidak bergerak-gerak ketika dilukis.
f.       Uthik, untuk mengais arang.
g.      Canting dengan berbagai macam ukuran sebagai alat untuk mencurahkan malam cair ke dalam mori yang digambari. Adapun jenis canting antara lain :
Ø  Cecek : untuk membatik motif bintik-bintik.
Ø  Klowong : digunakan untuk membuat pola.
Ø  Tembokan :  untuk mengeblok kain batik dari luar.
Ø  Carak : untuk menggaris luar.
h.      Kenceng, untuk mendidihkan air ketika nglorot atau mbabar.
i.        Cawuk, untuk mengerok
j.        Alu, untuk memukuli kain mori yang akan dibatik agar lemas dan memudahkan pembatik dalam proses pembuatannya.

Bahan dasar untuk membuat batik tulis adalah kain mori, dan kain sutra. Selain itu, ada pula bahan-bahan yang digunakan sebagai pewarnanya yang dapat berupa zat kimia maupun pewarna alami seperti : kulit kayu mahoni, putri malu, gambir, indigo, jalawe, tingi, kulit bawang merah dan daun mangga.

5.      Proses Produksi
Meskipun tidak ada pesanan Batik Giriloyo milik Bp. Sunhaji tetap melakukan proses produksi. Batik-batik yang bukan merupakan pesanan sebagian dipamerkan di showroom dan juga disimpan sebagai stock, jadi bila ada pesanan mendadak, stock dapat digunakan.
Batik sendiri berasal dari bahasa Jawa, yaitu  amba yang berarti menulis dan titik. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan malam/ lilin (wax) yang ditorehkan ke atas kain dengan alat canting, sehingga malam dapat menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam Bahasa Inggrisnya ”wax-resist dyeing”.
Teknologi batik dapat ditinjau dari jenis bahan kain putih (katun, sutera, atau wool), malam , bahan pewarna, bahan pembantu pewarnaan, dan proses pembuatan batik. Simbolisme pada batik ditampilkan oleh warna yang diterapkan pada motif-motifnya. Warna batik tradisional adalah biru/hitam (melambangkan kekekalan/  abadi), merah coklat/ soga melambangkan kebahagiaan), dan putih (melambangkan hidup/ sinar dari kehidupan). Warna alami biru/ hitam diambil dari tanaman indigofera/ nila/ tom yang difermentasi. Warna coklat/ soga diambil dari campuran kulit  pohon tingi (arah warna merah), kulit pohon jambal (arah warna merah coklat), atau kayu tegeran (arah warna kuning). Pewarnaan sintetis untuk batik mulai dipergunakan pada abad XVI bersamaan dengan ditemukannya teknik cap yang dapat mempercepat proses pembuatan batik.
Berdasarkan bentuknya, pola batik dikelompokkan menjadi dua, yaitu pola geometris dan non geometris. Pola geometris adalah ragam hias yang mengandung unsur garis (garis miring, garis lurus, dll.) dan bangun ruang (bujur sangkar, lingkaran, bintang,dll.). Contohnya pola ceplok, parang, dan lereng. Pola non geometris yaitu ragam hias yang mengandung unsur garis lengkung seperti pada pola lung-lungan.
Adapun langkah-langkah dalam proses membatik antara lain :
1.      Langkah pertama adalah membuat desain batik yang biasa disebut molani. Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-beda. Ada yang lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada. Membuat design atau motif ini dapat menggunakan pensil. Membuat pola di atas kain dengan cara meniru pola yang sudah ada (ngeblat). Contoh pola biasanya dibuat diatas kertas dan kemudian dijiplak sesuai pola di atas kain. Proses ini bisa dilakukan dengan membuat pola di atas kain langsung dengan canthing maupun dengan menggunakan pensil. Agar proses pewarnaan bisa berhasil dengan bagus atau tidak pecah, perlu mengulang batikan di kain sebaliknya.Proses ini disebut gagangi.
2.      Setelah selesai melakukan molani, langkah kedua adalah melukis dengan (lilin) malam menggunakan canting (dikandangi/dicantangi) dengan mengikuti pola tersebut.
3.      Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan ke dalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.
4.      Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu.
5.      Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
6.      Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama.
7.      Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua.
8.      Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku.
9.      Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting) untuk menahan warna pertama dan kedua.
10.  Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.
11.  Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus air panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Pencelupan ini tidak akan membuat motif yang telah digambar terkena warna, karena bagian atas kain tersebut masih diselimuti lapisan tipis (lilin tidak sepenuhnya luntur). Setelah selesai, maka batik tersebut telah siap untuk digunakan.
12.  Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai.

6.      Pemasaran
Batik Giriloyo pada awalnya hanya melakukan penjualan berupa batik tulis yang belum sampai pada proses pewarnaan. Biasanya batik ini dijual ke Yogyakarta atau dititipkan kepada ibu dari istri Bp. Sunhaji yang kemudian dijual. Seiring perjalanan waktu dan perkembangan yang dialami, Batik Giriloyo ini mencoba mengembangkan proses pewarnaan dari bahan-bahan alam. Meskipun tidak ada pesanan ataupun mendapat pesanan Bp. Sunhaji selalu melakukan proses produksi batik tulis.
Dari segi pemasaran, Bp. Sunhaji menerima pesanan dari langganannya dan dikirim ke berbagai kota di Pulau jawa seperti Jakarta, Blitar, Malang, Surabaya, Semarang. Sedangkan untuk pengiriman ke luar negeri selama ini, Bp. Sunhaji belum pernah mengirim ke luar negeri. Kebanyakan para pembeli (turis asing) datang langsung ke rumah produksi Bp. Sunhaji. Untuk pengiriman produk di daerah Pulau Jawa dilakukan melalui jasa antar barang. Sedangkan untuk yang dijual ke luar negeri biasanya ada yang mengambil barang dan kemudian mengurusnya untuk dikirim ke luar negri. Media promosi yang telah dilakukan oleh Bp. Sunhaji sendiri antara lain:
a.       Pameran antara lain diselenggarakan di PRJ (Pekan Raya Jakarta).
Bp. Sunhaji telah memiliki banner dan kartu nama yang digunakan sebagai media promosi saat melakukan pameran. 
b.      Media cetak
Bp. Sunhaji belum pernah melakukan pengiklanan batik tulis melalui media cetak. Jika di media cetak terdapat berita tentang Batik tulis Giriloyo, maka berita tersebut berasal dari para wartawan yang meliput berita dari tempat Bp Sunhaji. Beberapa media cetak yang pernah meliput Batik Giriloyo antara lain : KR (Kedaulatan Rakyat), Swadaya, Tempo, dan Tabloid Rumah.
c.       Media elektronik
Sama halnya dengan pengikalanan media cetak. Bp. Sunhaji juga belum pernah mengiklankan batik tulis melalui media elektronik. Biasanya para peliput berita mendatangi langsung kediaman Bp. Sunhaji dan meliput proses pembatikan batik. Selain mencari berita, peliputan ini bertujuan untuk mempromosikan batik tulis yang berada di wilayah Imogiri. Salah satu media elektronik yang pernah meliput Batik Giriloyo yaitu Jogja TV. 
d.      Brosur
Saat ini Bp. Sunhaji belum memiliki sendiri brosur tentang Batik Giriloyo. Brosur yang sering dibagikan kepada pelanggan adalah brosur yang berasal dari perkumpulan seluruh pembatik di wilayah Wukirsari. Brosur tersebut antara lain  berisi potensi desa Wukir Sari, wisata alam, makanan kuliner, tradisi desa wukirsari dan Wisata Batik.
e.       Show room
Penataan display produk yang menjadi sample ataupun yang ditujukan untuk penjualan langsung juga sudah ada dengan showroom kecil yang berada berdekatan dengan tempat produksi. Adapun produk yang dipamerkan dalam show room ini antara lain : kain batik, baju, dan sarung bantal. Untuk pembuatan baju, Bp. Sunhaji bekerjasama dengan perusahaan konveksi dalam proses menjahit baju. 
Bila berminat dapat menghubungi bpk.sunaji di number phone : 085643368806 atau ditempat langsung,gan..

batik tulis warna alam giriloyo: batik warna alam giriloyo,wukirsari

batik tulis warna alam giriloyo: batik warna alam giriloyo,wukirsari: "POTENSI PERUSAHAAN 1. Letak PerusahaanBatik Giriloyo terletak di sebelah timur kota Bantul, tepatnya di ..."

batik warna alam giriloyo